Tanpa Judul

Maaf, terkadang, saya agak risih dengan postingan-postingan orang atau akun dakwah yang seolah-olah selalu menjurus/memusatkan kepada ajakan "menikah" , sekalipun dalam dunia nyata, saya dan teman-teman akhwat sering membicarakannya. Membicarakan yang bukan saja perihal 'kebaperan' yang ditimbulkan dari kurang terjaganya interaksi, akan tetapi, teman-teman saya justru lebih banyak membicarakan bagaimana mempersiapkan 'hari itu' sebaik-baiknya dengan menjaga apa-apa yang butuh dijaga.

Boleh saja, banyak memposting 'ajakan' itu berupa sindiran, komedi, puisi, dan semacamnya. Akan tetapi, jangan sampai hal itu jadi melenakkan kita terhadap perjuangan yang sesungguhnya. Menjadi teralih fokusnya kepada sesuatu yang (mungkin saja) tidak begitu urgen.

Ada hal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pembicaraan/postingan mengenai pernikahan. Khawatirnya, jadi banyak orang yang -ngebet- menikah tetapi persiapannya masih nihil. Hanya sebatas keinginan saja, saya takut jika itu akhirnya membuat kita berpanjang angan. Tak apa jika yang sudah siap, tinggal menyegerakan mendapatkan calon dan mengeksekusinya. Bagi yang belum, ini yang menjadi masalah. Solusi sederhananya, adalah: berlatihlah, bagaimana caranya untuk akhirnya kita bisa lebih produktif dan gencar dalam separuh ibadah yang lainnya. Sebelum akhirnya disempurnakan dengan yang namanya pernikahan.

Karena akan ada masanya, kita fokus kepada hal tersebut.
Ada waktunya, dimana kita menginjakkan kaki di fase itu.

Saya ingat pesan dari Kak Afina, seorang teman di dunia maya, beliau mengatakan, "Bagi orang yang sedang menuntut ilmu, ada dua hal yang menyebabkan ilmu itu sulit masuk. Yang pertama karena makanan, dan yang kedua karena syahwat. Syahwat disini bukan saja perihal (maaf) ranjang. Syahwat itu adalah apa-apa yang masuk ke dalam hati kita yang itu berhubungan dengan lawan jenis. Ketika syahwat itu masuk ke dalam hati kita, berarti ilmu itu mulai berkurang masuknya, atau mungkin fokus kita yang jadi sulit, dan tidak mudah untuk konsentrasi."

Sepertinya patut direnungi bersama. :') hehe

Bahwa memang rentang usia 19-25 ini sudah memasuki masa-masa memikirkan soal hidup yang butuh dibersamai oleh seseorang. Baik itu bertujuan untuk meniti jalan perjuangan bersama-sama, atau untuk lebih menjaga diri, atau tujuan-tujuan lainnya yang mungkin banyak macamnya.

Apapun itu, tetap saja, puncak tujuan tertingginya selalu bermuara pada keridhaan Allah dengan menjalankan sunnah dari Rasulullah SAW.

Mungkin yang lain lebih paham daripada saya. :')

Untuk selanjutnya, kembali lagi kepada masing-masing. Yang masih menjaga diri, memperbaiki diri, semoga dimudahkan, disabarkan dan dikuatkan. Yang sudah bersiap, semoga lancar dan barakah sepanjang hidup. Aamiin.

Tetapi ingat kawan, perjuangan kita yang sesungguhnya bukanlah hal kecil yang bisa diemban oleh orang-orang yang berhati lemah. Perjuangan tersebut membutuhkan orang-orang tangguh yang dimana seluruh waktunya dihabiskan untuk belajar, beribadah dan berdakwah.



"Dakwah adalah cinta, dan ia akan meminta segalanya darimu."

Seseorang mengatakan padaku, "Jika urusan dakwah belum menyita banyak pikiranmu, menyita banyak waktumu, dan tenagamu, maka patut dipertanyakan. Apakah kamu sudah benar-benar berdakwah (?)"

Akhirul kalam,
Mohon maaf ya apabila ada kesalahan kata-kata, saya hanya sedang sedikit menyampaikan apa yang saya pikirkan, hehe
Syukran katsira. ☺

Ayu Saraswati
—yang selalu belajar dari pengalaman dan kesalahan

Rumah, 6 Juni 2017

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah