Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Sudah Tidak Sakit Lagi kan, 'Ain?

Gambar
"Aini?" , wanita kisaran usia pertengahan 50-60 itu bertanya ulang. "Iya bu, hehe. Aini aja." , ujar salah seorang dari kami sambil tetap menyunggingkan senyum. "Nanti yang punya nama Aini marah loh mas..." , kata wanita berjas putih itu, sembari menuliskan nama -Aini- diatas buku catatan miliknya. "Hehe, . . . ." Tak ada lagi kata yang keluar dari mulut kami bertiga. Di sebuah ruangan kecil tersebut hanya ada keheningan sampai pada akhirnya pecah karena 'eongan' kecil dari Aini. "Hey, kucing kecil kami, udah enakan kan?" , hati kecilku berkata demikian. Namun yang tersirat hanyalah ekspresi kelegaan sambil memandangi dan mengelusi kepala mungilnya. "Jadi, ini yang bertanggung jawab atas nama siapa yang Mas, Mbak..?" , dokter hewan lulusan UGM itu kembali bertanya. Kami bertiga saling berpandangan, aku, kak Rifqi dan Shaffa. Saling melempar isyarat untuk siapa yang mau bertanggung jawab. "Kamu aja... en

Beda 'Kepala', Beda Karya

Gambar
Beberapa waktu lalu, saya dan teman-teman beswan BsPI (Beasiswa Percikan Iman), mengadakan rihlah ke CIC yang berada di Lembang. Setelah kurang dari 1 jam berjalan, kami menemukan tempat dimana terlihat sedikit seperti sebuah lapangan rumput dengan jejeran pohon pinusnya, kami memutuskan untuk singgah disana. Kegiatan pertama yang diselenggarakan adalah game. Saya tidak tahu mengapa harus game jadi kegiatan pertamanya, haha. Dengan arahan dari Kang Widi dan Kang Fuad, game ini dijelaskan aturan mainnya dan ternyata cukup unik! Why? Kami diminta untuk membangun sebuah menara tinggi dari 2 bungkus sedotan, dan satu gulung selotip. Aturannya, kami tidak diperkenankan untuk bicara/berkomunikasi dengan teman satu kelompok kami selama membangun menara tersebut, hanya boleh dengan isyarat tangan, gestur badan, dan mimik wajah. Seriously, itu menantang. Haha. Karena bagaimana hendak menyusun strategi dan mengkomunikasikannya dengan satu kelompok apabila kita diperbolehkan bic

Percakapan: Tentang (Sedikit) Kejenuhan

Gambar
"Hey.." , dua ceklis terpampang dilayar beberapa inch itu. Terkirim! Tak lama kemudian, orang disebrang menjawab, "Ay Ayyy... Ada apa Ay?" "Bantu aku menghilangkan kejenuhanku, wkwk" "Hahaha, dasar ya emangnya kamu jenuh kenapa Ay..?" " Banyak yang ingin aku lakukan, tapi waktu begitu sedikit . Baru aja bangun, aktivitas pagi seperti biasa, eh sudah siang lagi. Setelah siang, lalalala, cuma rutinitas, eh udh maghrib lagi. Duh harus kerjain ini dan itu. set...set...set..... eh udah nyaris tengah malem. Duh, ngga kerasa banget waktu itu ya. Selama ini aku cuma melakukan hal yang harus aku lakukan, bukan yang ingin aku lakukan. Eh ya, adakalanya jenuh bukan? jenuh buat ngejalanin ini semua. Bisa jadi karena anggapan bahwa semua ini hanya rutinitas belaka, tak dimaknai, tak dinikmati, atau beragam pernyataan yang terasa sedikit menyudutkan. Padahal, bukannya gak boleh gitu ya? Haa iya, kadang pe

Dimana Katalisatormu?

Gambar
             Untuk orang-orang yang rawan terserang mager , 'katalisator' dalam hidup itu dibutuhkan banget. Dalam memulai suatu pekerjaan misal, susaaaaaah banget untuk mengawalinya. Tapi ketika sudah berhasil melalui momen tersebut, lapangnya minta ampun, alhamdulillah. Kadang jadi syukur yang tak terukur, tapi bisa bikin nyesel juga —kenapa gk dari dulu dilakukan—. Huft, itu saya. :(   Seringkali 'katalisator' itu datang dari orang-orang berharga dihidup kita. Yang berharga sudah pasti dekat lah ya, kalau ngga di mata, pasti di hati. Jangan ragu. Bukan jarak kok yang jadi hambatan, tapi ingatan nama kita di dalam do'a yang menjadi tolak ukur gaib apakah kita memang termasuk ke dalam list orang penting dalam hidup orang-orang berharga di hidup kita tersebut atau engga. Hehee. Semoga aja ya. Sudah jelas bukan, dengan kata —semangat ya! Kamu pasti bisa.— yang sederhana seperti itu sudah bikin kita sumringah, yang awalnya berasa tersesat di hutan belantara,

Ada dan Tiada

Bisakah aku, menjadi bayang-bayang? Berdiri seharian disini.  Menangkap illustrasi.  Memandang megah, yang lembut tertimpa cahaya, elok mengagumkan. Aku rela, walau hanya berada dibelakang.  Atau kadangkala disamping. Aku hanya ingin membersamai.  Biarpun panas terik, aku akan terbiasa.  Walau hanya sorot lampu malam, aku akan hadir senantiasa. Asal jangan, mencariku dalam gelap.  Mungkin itulah, saat aku dicuri pekat. Kau hanya perlu menemukan aku dalam benderang. Kau hanya perlu diam,  dan aku akan ada. Kadang, aku takut.  Saat matahari tak ada.  Atau mengkhayal bagaimana kalau sampai detik ini lampu belum ditemukan. Atau rembulan tak secerah pertama kali lahir,  biarpun ada bintang hendak memperbaiki lukisan langit. Aku takut jika tak bisa bersamamu.  Atau tak bisa dekat denganmu. Karena aku, adalah bagian darimu. Dan kau, adalah bagian besar dari diriku. Maka, izinkan aku menjadi bayangan.  Walau hanya bayangan, eksistensik

Short INTRODUCTION from WRITER

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Halo, terima kasih sudah mau berkunjung ke blog ini. Perkenalkan nama saya Ayu Saraswati, kelahiran Bandung, 28 Oktober 1996. Saya sedang menempuh pendidikan S1 di Institut Teknologi Bandung jurusan Biologi angkatan 2015. Sebetulnya saya sedang agak bingung bagaimana harus memulai menulis di blog ini, hehe ((maklum, masih newbie)). Saya sedikit terinspirasi oleh seseorang yang cukup senang nulis di blog, sepertinya asik dan menarik apabila kita bisa lebih rapi menyusun saat menulis. Soalnya saya biasanya cukup berantakan kalau nulis, ada yang disimpen di laptop, ada yang di catatan hape, ada yang di instagram, ada yang di tumblr, dan ada yang di facebook. Jadi tujuan saya membuat blog ini adalah supaya saya bisa menyusun tulisan-tulisan saya agar bisa rapih dan mudah untuk dijamah banyak orang. Harapannya, semoga bisa menjadi inspirasi dan memberi pemahaman yang baik kepada pembaca. Terlepas apakah itu akan sedikit atau banyak, penti