Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Dalam Keyakinan

Gambar
Pernah, disuatu malam aku berlari, dengan sorot mata yang tak seperti biasanya. Aku hendak mencari seseorang. Seseorang yang belum pernah ku temui sebelumnya. Tak ku ketahui bagaimana wajahnya, bagaimana perawakannya, bagaimana suaranya, bagaimana senyumnya. Aku benar-benar buta! Mataku lincah mengawai sekitar, kakiku tak henti bergerak mengitari bangunan itu. Dadaku sesak, air mata nyaris saja menetes. Seseorang yang baru ku kenal tersebut, sudah berhasil mencuri perhatianku. "Gimana, ketemu gak orangnya?" "Engga nih, duh gimana ya." "Tadi aku nanya ke petugas disana tapi udah ga ada siapa-siapa didalem juga." "Duhhh kita gak tahu lagi orangnya yang mana, takutnya sekarang dia masih nunggu kita dan baterai hp nya habis jadi gak bisa balas pesan kita." , temanku tak hentinya mengkhawatirkan seseorang yang baru dikenalnya ini. "Yaudah aku cari ke alun-alun ya." , bipp! Ku kunci hapeku yang sebelumnya dilayar menunjukkan b

Bagaimana Mengungkap Sesal

Gambar
Tuhan, dalam setiap pelayaran hidup anak manusia, Kau tahu, tak semua sadar bahwa kami seorang pengembara. Sungai yang mengalir menenangkan maupun anak danau seluas pandangan tak selalu membuat kesadaran bahwa diatas sampan ini kami hanyalah penumpang. Sekedar ikut saja, sekedar mampir barang semenit atau beberapa jam saja. Hendak menyebrang dari tempat semula menuju tempat tujuan. Tapi Tuhan, kami sudah terlalu lama lupa. Kami asyik menikmati pelayaran hingga lupa bahwa surga jauh lebih indah dari dunia. Beberapa dari kami membawa oleh-oleh yang didapat selama perjalanan. Tapi sayang, itu tak akan berguna lama. Kami lupa bahwa oleh-oleh bukanlah hal terpenting, tetapi: perbekalan selama perjalanan kami untuk PULANG-lah yang utama. Amal-amal kami. Tak disangka, Tahu-tahu sudah sampai ke tempat tujuan. Tahu-tahu sudah harus turun dari perahu. Bisa jadi rute yang kami lalui berbeda-beda, lama perjalanan sudah Kau rahasiakan. Tuhan, maukah Kau dengarkan aku (lagi)?

Terlalu Cinta

Gambar
Titik. Koma. Titik. Koma. Koma. Koma. Koma. Titik. Titik. Koma. Koma. Titik. Koma. Titik. photo by: Sam Hawley Kadang ku akhiri. Kadang ku kembali, melanjutkan, dan berjeda, ku ambil nafas, berjalan lagi, lalu terhenti. Ku diam. Diam. Mematung. Mencoba melangkah lagi. Sedikit demi sedikit. Jalan lagi. Berhenti lagi. Fluktuatif. Ah, jenjang yang melahirkan perbedaan. Perbedaan yang menuntut banyak keadilan. Seperti keyakinan yang ditambal sulam orang-orang supaya tetap utuh. Dilingkar usia yang terus menggulung waktu, sesal selalu mengintai antara kesenangan yang sementara dan keabadian yang masih jadi misteri. Maafkanlah.... jika ini seperti permainan. Kebaikanmu dianggap kemudahan dalam sesekali berkhianat. Pikirnya, kau pasti memaafkan. Rasanya, cintamu tak berkesudahan. Seringkali kami, Mengucap cinta. Tapi hati tak sudi mengecap nama. Mengucap rindu. Tapi hati tak mau menolak candu. Mengucap ampun. Tapi hati tak kapok bertahun-tahun. Mengucap setia. Tapi hati