Reaksi

Apa yang menurut kita 'biasa saja', bisa jadi untuk orang lain adalah hal yang berharga. Seperti yang kemarin aku coba lakukan dengan kawanku, Hanin. Kami mencoba melakukan sesuatu, sebut saja: social experiment. 😁



22 Juni, usai shalat ashar di Masjid beraksen China, Masjid Al-Imtizaj, aku didatangi oleh seorang SPG perempuan (mungkin). Beliau menyodorkan suatu produk biskuit produksi Indonesia. Rupanya memang sedang bagi-bagi biskuit gratis.  SPG itu tidak sendiri, tetapi ditemani oleh rekannya yang sedang meliput kegiatan rekannya memberi sampel biskuit gratis ke masyarakat.

Aku diberi satu, dua, dan tiga. Begitupun dengan Hanin. Dan alimat pertama yang keluar dari mulut kita adalah, "Oh iya terima kasih..."

Tapi, akankah berbeda dengan yang kami katakan dengan yang orang lain katakan ketika menerima biskuit gratis itu?

Aku ingin mengetahui bagaimana reaksi orang lain yang menurutku —mereka yang punya kondisi ekonomi sulit, saat diberi makanan gratis (sekalipun itu sangat kecil sekali).

Aku merasa tidak begitu butuh dengan biskuit ini. Melihat orang-orang (maaf) kurang mampu sepanjang perjalanan dari halte bus sampai ke masjid Al-Imtizaj tadi, membuat kami tergerak untuk memberikan kembali biskuit ini kepada orang lain.

Orang pertama, aku mendatangi seorang pemulung. Ketika aku menyodorkan satu kotak biskuit itu sambil berkata "Pak, ini ada biskuit untuk buka puasa nanti.", kalimat pertama yang ku terima adalah, "Alhamdulillah, makasih ya neng. Alhamdulillah....."

Orang kedua, aku mendatangi seorang penjual minuman yang sudah berusia. Dan reaksi ketika menerima biskuit itu, bapak itu berucap, "Oh alhamdulillah Ya Allah, nuhun pisan nya neng...."

Kedua orang tersebut memiliki reaksi yang berbeda. Mereka terlihat lebih senang, lebih bersyukur bisa mendapatkan makanan tersebut. Sedangkan kami hanya menyampaikan terima kasih tanpa diiringi kata, "Alhamdulillah" ...

Bukan kami tidak bersyukur dengan pemberian tersebut, bukan itu poinnya. 😅 tapi memang benar ya, AKAN BERBEDA REAKSI satu orang dengan orang yang lainnya terkait suatu hal yang memang bisa jadi hanya menjadi keinginan untuk sebagian orang dan bisa jadi menjadi kebutuhan untuk orang lain.

Pelajarannya adalah, BERSYUKURLAH! Bersyukurlah dengan rezeki materi yang kamu miliki. Kehidupan kita saat ini, bisa jadi adalah kehidupan yang diinginkan orang lain. Ini memang terdengar seperti nasihat klasik, tapi agaknya kita perlu di reminder lagi.

Aku miris ketika selesai menyantap hidangan berbuka di suatu rumah makan, saat melihat beberapa piring masih bersisa banyak makanan.

"Duh sayang banget itu nasi sama ayamnya... 😖"
Aku jadi selalu berpikir bagaimana susahnya 'mereka' untuk mencari -sebutir nasi- untuk mengisi perut mereka. Sedangkan, kita yang seringkali memiliki uang lebih, memilih banyak membeli makanan atau membeli makanan yang cukup mahal yang pada akhirnya tak dihabiskan. Subhanallah.

Semoga kita semua selalu dihindarkan dari kemubadziran dan sikap berlebih-lebihan. Barakallah, kita memang butuh diingatkan.

Bandung, 23 Juni 2017
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah