Soal Cinta

Kau reguk perlahan minuman yang sebelumnya membuatku muntah karena ketidaksegarannya lagi.
Kau masih tersenyum, dengan bola mata yang baru ku kenali.

"Siapa? Oh ternyata itu dia."
Malu-malu aku merunduk, dan segera menghabiskan minuman yang telah ku ganti.

Dan kau masih ingat?
Pengamen yang menyanyi dengan sangat indah apabila tak bersuara itu
Sampai-sampai kau menegurku karena tawa kecilku saat menyantap mie tek-tek sebrang kampus

"Jangan gitu, namanya juga usaha."

Aku tertegun, dan lantas tertawa cekikikan sembunyi-sembunyi saat pengamen tersebut mendo'akanmu dengan menggantikan uang recehan yang kau beri.

Katanya, "semoga segera menemukan cinta sejatinya."

Perlahan mukamu memerah, dan menahan tawa yang cukup membuat tenggorokanmu tak bisa lagi bertugas memberi jalan udara.

Ah, cinta sejati?
Bukankah kita telah menemukan?
Siapa lagi jika bukan dia? Siapa lagi jika bukan yang menyebut kita semua diujung nafas terakhirnya?

Souce picture: tumblr

Lalu, siapa lagi jika bukan yang menciptakan perasaan itu sendiri.
Siapa lagi cinta sejati yang patut diperjuangkan kehakikiannya dengan akhlaq yang melangit?

Jika kau mencari cinta, datanglah pada pemiliknya.
Dengan pertimbangan waktu yang dirasa mampu mengikat janji.
Dengan pertimbangan hati yang tak lagi sanggup berpaling pada jutaan pasang mata bidadari dunia yang semakin molek sekalipun dengan pakaian tertutupnya.

Namun jika dalam perjalanan kau menemukan cinta, itu artinya Allah hendak membuatmu belajar mengendalikan fitrah
Apakah melepaskan sesuatu yang belum tentu jadi milikmu adalah pilihan yang bijak yang harus kau pikul
Ataukah kau lebih memilih mengikatnya erat-erat dengan manisan kata yang seringkali membuat candu?

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah