Melesat Seperti Roket!

Bagi sebagian orang, seringkali kelemahan menjadi alasan untuk terpuruk. Aku ingin meraup sedikit pelajaran dari kisah presiden Amerika Serikat, Theodore Rossevelt.

TR, panggilan akrabnya, adalah anak kedua dari enam bersaudara. Sejak lahir, TR mengalami serangan penyakit asma bronkial yang disebabkan oleh pembengkakan selaput lendir dengan sekresi yang akut, sehingga saluran nafasnya terganggu.

Seringkali TR mengalami sesak nafas ditengah tidurnya yang nyenyak, wajahnya menjadi pucat kebiruan, mengerang halus, kadang nafasnya berisik kalau sudah tertidur. Menurut catatan sejarah, TR kecil hanya menemukan kenyamanan tidur ketika berada dipelukan ayahnya.

Singkat cerita, TR kecil dikenal sebagai anak penyakitan yang prestasinya terganggu. Tetapi nasehat dari ayahnya datang ketika ia berusia 11 tahun.

"TR, percuma saja engkau belajar keras kalau tubuhmu rapuh. Kendaraan pribadimu yang lemah itu tak akan pernah bisa membawamu ke masa depan yang engkau impikan lewat sekolah."

Namun, dibalik kelembutan ayahnya, ayah TR adalah pria yang tegar yg mendorong anak-anaknya membangun tubuhnya dengan latihan yang sistematis. Ia membangun gimnasium pribadi di teras rumahnya dengan instruktur khusus. TR dilatih dengan penuh kesabaran dari hari ke hari.

Perlahan, TR menunjukkan perubahannya. Dadanya yang sempit kini menjadi bidang dan berotot.

Kelemahan lain datang, ia ternyata rabun jauh. Dan agaknya ayahnya telat menyadari karena TR tidak pernah sekolah formal, hanya homeschooling. Hal itu diketahui saat TR berlatih menembak saat 13 tahun, dan TR tidak bisa membidik sasaran jauh.

Dilengkapi kacamata tebalnya, TR berlatih menembak sampai mahir. Bahkan ia terobsesi membangun keunggulan dalam permainan dan olahraga yang menyerukan kekuatan, ketahanan, dan keterampilan. Seperti tinju, gulat, mendayung, berkuda, dan mendaki gunung. Bahkan ia petenis yg andal, bahkan judo, karate dan renang. Nasehat ayahnya benar-benar merasuki jiwanya.

Berkat kerja kerasnya itu, ia diterima bersekolah di Harvard sebelum belajar hukum di Columbia Law School. Disekolah hukum, ia terpilih sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York, komisaris di kepolisian kota NY, sebelum diangkat menjadi Asisten Sekretaris Angkatan Laut oleh Presiden McKinley. Bahkan kemudian ia bergabung dalam Perang Spanyol-Amerika di Kuba dan mendapat gelar pahlawan nasional.

Pada November 1898, ia terpilih sebagai Gubernur New York. Dan tahun berikutnya terpilih sebagai calon wakil presiden. Dan pada usia 42 tahun, ia disumpah sebagai Presiden Amerika Serikat termuda.

"Melesat seperti roket!" , ucap Rossevelt yang dahulu kendaraan pribadinya rapuh. Berkat peran ayahnya yang luar biasa, yang tak hanya sibuk mengurusi dirinya sendiri, memanjakan anaknya yang lemah, menjadikannya passenger yang lemah. Apa jadinya kalau ayahnya malah menyesali kelahiran ayahnya? Yang ada, Terusan Panama tidak akan terbangun. Hehe.

Jadi, bagaimanapun kondisi kita, apapun yang telah Allah beri, jangan pernah mengeluhkannya. Karena kita tidak tahu bukan apa alasan dibalik itu semua?

Bisa saja Allah hendak menjadikan kita manusia yang istimewa dimataNya.

Apa-apa yang telah Allah beri, sejatinya bukanlah tanggung jawab kita. Kita tak bisa memilih akan lahir dari rahim siapa, atau meminta supaya bentuk hidung kita mirip orang Eropa yang bentuknya mancung-mancung, hehe, kita tak bisa mengendalikan apa-apa yang sudah sifatnya "give" dari Allah.

Kita hanya akan dimintai pertanggung jawaban atas apa-apa yang berada diwilayah kuasa manusia. Yang bisa kita kendalikan atau perbuat dengan tangan kaki kita sendiri.

Meskipun begitu, tetap saja masa depan kita itu sesungguhnya menjadi tanggung jawab kita juga bukan? :)

Mari belajar!

Bandung, 16 Juni 2017
(inspirasi dari buku Rhenald Kasali yang berjudul "Self Driving: Menjadi Driver atau Passanger?)
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah