Menemukan Kehilangan

Shalat itu, 'on time', ngga bisa waktu mepet. Kamu beneran mau jadi shalih kan? Coba jangan asal-asalan.
Dakwah itu, 'anytime', ngga bisa waktu luang. Kamu beneran mau jadi pengemban dakwah Islam kan? Coba jangan asal-asalan.
Belajar itu, 'whole time', ngga bisa waktu tertentu. Kamu beneran mau jadi pembelajar sejati kan? Coba jangan asal-asalan.
Taubat itu, "everytime", ngga bisa waktu akhir. Kamu beneran mau jadi hamba terbaik kan? Coba jangan asal-asalan.
Dan, menulis itu, 'take time', ngga bisa waktu sisa. Kamu beneran mau jadi penulis kan? Coba jangan asal-asalan.

Karena dunia ini cuma bercanda, yang serius itu -mati-. Jangan kebalik, yang bercanda diseriusin, sedangkan yang serius dibercandain.

Jangan sampai badan letih karena mengejar apa yang tidak akan dibawa mati, sementara masih banyak kejaran dari urusan akhirat untuk kamu capai ternyata masih terbengkalai.



Sekali-kali, menyendirilah, menyingkirlah dari hingar bingar kesibukan tak berujung itu. Rebahkan sejenak tubuh lelah itu, matikan gadget dan letakkan jauh dari tempatmu bermenung. Jika ingin duduk, silahkan, nyamankan diri dan seduh minuman hangat kesukaanmu untuk membantu meredakan kondisi jemu itu.

Menyendirilah, sapalah dengan akrab kesendirian itu. Karena dalam kesendirian, kita lebih banyak menemukan kehilangan.

Entah itu rencana yang kamu bangun sejak awal tak lagi berjalan -on the track-. Kebermanfaatanmu pada sesama pun mulai berkurang, sebabnya tak ada lagi pengaruh dengan ada atau tidaknya dirimu, semua sama saja. Khawatirlah ketika teman-temanmu tak lagi teringatkan tentang Allah ketika bersamamu. Khawatirlah ketika hatimu tak lagi merasakan sentuh-sentuhan kecilNya. Khawatirlah ketika jiwamu tak merasakan gelisah tak beralasan padahal Allah sedang menyentil telingamu.

Sudah terlalu jauhkah? Sudah terlalu tebalkah hijabmu dengan Rabb? Tidakkah kamu merasa kehilangan?
Apa kabar imanmu? Apa kabar ibadahmu? Apa kabar amalan yaumiahmu? Apa kabar dakwahmu?

Mari periksa.
Mari menelisik diri.
Mari berselfie ria,
karena sebaik-baiknya selfie adalah muhasabah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ingat perkataan Umar ibn Khattab, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena itu lebih memudahkan penghisaban bagi kalian kelak, Berhiaslah untuk menghadapi hari perhitungan."

*

"Ada saatnya dalam hidupmu...", kata Soekarno, "engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata."

Mari, menemukan diri.

Bandung, 8 Juni 2017
#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah