Dimana Katalisatormu?
Untuk
orang-orang yang rawan terserang mager,
'katalisator' dalam hidup itu dibutuhkan banget. Dalam memulai suatu pekerjaan
misal, susaaaaaah banget untuk mengawalinya. Tapi ketika sudah berhasil melalui
momen tersebut, lapangnya minta ampun, alhamdulillah. Kadang jadi syukur yang
tak terukur, tapi bisa bikin nyesel juga —kenapa gk dari dulu dilakukan—. Huft,
itu saya. :(
Seringkali 'katalisator' itu datang dari orang-orang
berharga dihidup kita. Yang berharga sudah pasti dekat lah ya, kalau ngga di
mata, pasti di hati. Jangan ragu. Bukan jarak kok yang jadi hambatan, tapi
ingatan nama kita di dalam do'a yang menjadi tolak ukur gaib apakah kita memang
termasuk ke dalam list orang penting dalam hidup orang-orang berharga di hidup
kita tersebut atau engga. Hehee. Semoga aja ya.
Sudah jelas bukan, dengan kata —semangat ya! Kamu
pasti bisa.— yang sederhana seperti itu sudah bikin kita sumringah, yang
awalnya berasa tersesat di hutan belantara, tiba-tiba menemukan cahaya di suatu
titik arah, dan jalan tersebut terbentang bebas, menunggu kita menapakinya,
lalu kita melangkah satu jejak ke jejak lainnya dan jeng..jengg.... Langit biru
beserta hangat sinar matahari mulai membasuh wajah. Angin kesegaran seakan
memberi kabar baik, bahwa semua akan baik-baik saja. Hehe, hmmm.
Tapi guys, orang-orang berharga tersebut memang bisa
ngasih kita semacam kekuatan. Baik itu support ortu, tepukan pundak dari teman,
pelukan hangat dari mereka, chat nasehat dari 'guru hidup' (baca:
murabbiah/musyrifah), apapun bentuknya, namun sifatnya hanya temporer. Loh
kok?! Iya, maksudnya, ngga selalu ada dan datang tepat waktu. Harus kita pacu,
kita datangi, kita cari dan kita minta. Baru bisa dikasih. Terkecuali, kalau
mereka memang 'perasa' semua, hehe. Yang tanpa kita bilang, ketika mereka lihat
sorot cahaya dari mata kita, mereka langsung sadar 'kita lagi kenapa'. Mata kan
ngga bisa bohong ya wkwk. Dan biasanya memang sedikit orang yang bisa membaca
mata. Tanpa sadari, memang begitu bukan? Well, ini opiniku.
Ada nih, suatu katalisator dalam diri kita, yang
bahkan hampir selalu ada dan bisa dipanggil kapan aja. Cuman kadang kita ngga sadar,
atau mungkin lupa (?)
Yaitu, keimanan kita.
Yaitu, keimanan kita.
Makin dekat kita sama Allah, makin kuat juga nih radar
keimanan kita. Kalau butuh motivasi dan pengingat, sederhananya, cukup ingat;
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka
lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt.
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah [58]: 11)
“Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri....” (QS. Ar- Ra’d : 11)
Ekstrimnya, ketika butuh pengingat/nasehat, cukup
kematian sebagai nasehat yang paling nyess! Umar ibn Abdul Aziz berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian. Sekiranya engkau hidup dalam
kelapangan maka hal itu akan menyempitkanmu. Namun apabila engkau hidup dalam
kesempitan maka hal itu akan melapangkanmu.” [Al-Ihyā’, vol. IV, hal.
451.]
So, ketika butuh semangat, ingat Allah (dulu). Ketika
ngerasa males, inget tujuan hidup (Allah lagi). Dan ketika ngerasa ngga ada
harapan, balik lagi ke pertanyaan 'kita hidup itu sebenernya buat apa dan buat
siapa?' (Allah terus).
Niscaya nih
guys, pikiran kita yang lagi redup lama-lama mulai menunjukkan sinarnya.
Katalis semangat kita mulai on, lama-lama makin berkobar. Hati kita yang semula
rada pesimis, bisa berbalik jadi optimis. Karena keyakinan kita akan janji Allah lewat perkataan
Nabi. Dikatakan dalam kitab Riyadhus
Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi menyebutkan hadits nabi shallalahu’alaihi wasallam,
dari
Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
Bukannya surga itu rumah kita ya? Kita kelamaan salah
jalan kayaknya. Mending balik lagi, dan kencengin tali sepatu, mulai deh jalan
lagi atau kalau mau lari boleh, that's better! Punya katalisator dari
orang-orang berharga dalam hidup memang penting, tapi jauh lebih penting lagi
kalau katalisator itu justru lebih awal dateng dari keimanan kita sebagai hamba
Allah. Kalau dua-duanya dapet, makin mantep deh! Saluuut.
Jadi, dimana
katalisatormu? Udah dapet (lagi) kan?
Bandung, 17
Maret 2017
Semangat Ayu, jadi penulis yang menginspirasi yaa. Hehe. Btw , aku intan tmn sd km dlu. Hehehe. Semangattt...
BalasHapus