Terlalu Cinta

Titik. Koma. Titik. Koma. Koma. Koma. Koma. Titik. Titik. Koma. Koma. Titik. Koma. Titik.

photo by: Sam Hawley


Kadang ku akhiri. Kadang ku kembali, melanjutkan, dan berjeda, ku ambil nafas, berjalan lagi, lalu terhenti. Ku diam. Diam. Mematung. Mencoba melangkah lagi. Sedikit demi sedikit. Jalan lagi. Berhenti lagi.

Fluktuatif.

Ah, jenjang yang melahirkan perbedaan. Perbedaan yang menuntut banyak keadilan.

Seperti keyakinan yang ditambal sulam orang-orang supaya tetap utuh. Dilingkar usia yang terus menggulung waktu, sesal selalu mengintai antara kesenangan yang sementara dan keabadian yang masih jadi misteri.

Maafkanlah.... jika ini seperti permainan. Kebaikanmu dianggap kemudahan dalam sesekali berkhianat. Pikirnya, kau pasti memaafkan. Rasanya, cintamu tak berkesudahan.

Seringkali kami,
Mengucap cinta. Tapi hati tak sudi mengecap nama.
Mengucap rindu. Tapi hati tak mau menolak candu.
Mengucap ampun. Tapi hati tak kapok bertahun-tahun.
Mengucap setia. Tapi hati tak berkenan mengingat senantiasa.

Biarlah keliru, masih ada esok untuk memperbaiki.
Biarlah senang dahulu, masih ada esok untuk menghitung diri.

Gila!
Kami memang gila.
Bodoh. Tak tahu diri.

photo by: Sam Hawley


Kau yang dekat. Tapi tak terlihat.
Dalam jarak yang seringkali manusia ciptakan, kau tarik kembali hatinya. Kau panggil nurani. Hingga menjalar ke ubun-ubun.Tak rela jarak dibangun. Inginnya bermesraan. Meringis merintih berpangku tangan menjadikanmu satu-satunya bentangan yang Maha Bijaksana.

Kau panggil penguji paling handal, biar kami tak perlu susah mencari jalan untuk pulang.

Pun dalam fitrah yang kau anugerahkan, kau buat penderitaan menjadi mesin yang ampuh untuk mencuci kami. Mengurangi noda yang kami tetesi satu persatu kepada pakaian kami.

Oh, kau.

Sebegitu sabarkah menghadapi kami, manusia yang masih hidup dengan kepura-puraan?

Semisal pura-pura sudah bersujud, tapi mata hati kami masih mengkiblat pada selainmu (?)

Ayu Saraswati
Bandung, 5 Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah