Bagaimana Mengungkap Sesal

Tuhan, dalam setiap pelayaran hidup anak manusia, Kau tahu, tak semua sadar bahwa kami seorang pengembara. Sungai yang mengalir menenangkan maupun anak danau seluas pandangan tak selalu membuat kesadaran bahwa diatas sampan ini kami hanyalah penumpang.





Sekedar ikut saja, sekedar mampir barang semenit atau beberapa jam saja. Hendak menyebrang dari tempat semula menuju tempat tujuan.

Tapi Tuhan, kami sudah terlalu lama lupa. Kami asyik menikmati pelayaran hingga lupa bahwa surga jauh lebih indah dari dunia.

Beberapa dari kami membawa oleh-oleh yang didapat selama perjalanan. Tapi sayang, itu tak akan berguna lama. Kami lupa bahwa oleh-oleh bukanlah hal terpenting, tetapi: perbekalan selama perjalanan kami untuk PULANG-lah yang utama. Amal-amal kami.

Tak disangka,
Tahu-tahu sudah sampai ke tempat tujuan. Tahu-tahu sudah harus turun dari perahu.

Bisa jadi rute yang kami lalui berbeda-beda, lama perjalanan sudah Kau rahasiakan.

Tuhan, maukah Kau dengarkan aku (lagi)?
Tapi aku terlalu malu untuk mengakui. Bahwa aku sudah akrab dengan lena dan lalai.

Penggodamu seringkali menyuguhkan hidangan nikmat yang menggoda. Berbalut nafsu hingga nafas kami tersengal dan lidah kami berliur. Padahal Kau sudah beri tahu, merekalah musuh yang nyata bagi kami!

Tapi kami tak peduli, kami dilahap ego kami sendiri. Dibenamkan dalam ilusi kesenangan, tanpa tahu bahwa hatimu mencemburui sikap-sikap kami.

Oh Tuhan, bait-bait kata ini sangat terbatas untuk menyampaikan penyesalanku, penyesalan kami.

Kami belum benar-benar menghamba.

Kami belum benar-benar mencinta.

Kami belum benar-benar sadar.

Ahh.. Bagaimana aku harus mengungkapkan segalanya.

Tuhan, semoga kalimat kecil ini mampu mewakili: "Rabbana dzalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa watarhamna lana kunanna minal khasirin."

Ya Allah, Ya Tuhan kami. Kami sungguh telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk golongan orang yang merugi.

Ayu Saraswati
Bandung, 8 Juli 2017

Photograph by: Ashley D'Course @ Kejimkujik National Park

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah