Pendidik yang Terdidik

Siapa yang tidak memahami bahwa ditangan perempuanlah, generasi dididik, diasuh, dan dibangun untuk mewujudkan sebuah peradaban yang baik. Pernah berpikir tidak kenapa hal itu bermula dari perempuan? Hanya dari hal kecil, merawat anak sebaik-baiknya di rumah, bisa merambat kepada kualitas generasi keseluruhan.

Itu karena, perempuanlah PENDIDIK PERTAMA dan UTAMA semenjak si kecil lahir sampai akhirnya si kecil punya peran besar pada agamanya, negaranya dan masyarakatnya. Jika perempuan 'bodoh', kualitas didikannya kurang, keliru asuhan, jauh dari pemahamannya tentang pola didikan yang benar, yang sesuai dengan ajaran Nabi, bagaimana hendak mendidik si kecil dan menjadikannya bagian dari generasi berkualitas? :')

Keadaan terkadang memaksa perempuan untuk menginggalkan perannya sebagai ibu di rumah. Entah itu karena tuntuan ekonomi yang pada akhirnya memaksa sang ibu ikut bekerja. Tidak salah jika bekerja, asal jangan MELALAIKAN tugas utamanya sebagai pendidik anak-anaknya. Jangan sampai, asuhan yang harusnya dilakukan oleh sang ibu, diambil alih oleh nanny (pengasuh anak) atau bahkan oleh neneknya si kecil.

Realitas terkadang membentur waktu untuk mendidik anak dengan bekerja. Jam kerja yang hampir seharian penuh, dari pagi hingga sore, dari pagi hingga malam, sehingga sulit waktu untuk mendidik anak, sudah lelah, sudah capek lebih dulu. Anak nangis, anak rewel, diberi pereda instan, entah itu mainan atau berbagai bentuk pengalihan. Anak hanya butuh perhatian dan kasih sayang dari ibunya, bukan hadiah dari ibunya. Jika pun itu hadiah, bukan semata berupa fisik, melainkan sebaik-baiknya hadiah adalah CINTA dan PENGAJARAN YANG BAIK. :)

Jika hal itu terjadi dalam hidup saya, saya akan mencontoh ibu saya. Ibu saya pernah bercerita bahwa ketika saya kecil, ibu tidak bekerja. Ibu menjadi full time mom di rumah. Segala didikan, diserahkan kepada ibu, dan tak lupa ada peran bapak saya yang tak kalah pentingnya dengan ibu. Ketika saya tanya kenapa memilih untuk tidak bekerja, ibu saya menjawab, "Kasihan masih kecil, masih butuh banyak perhatian dan asuhan dari ibu. Ibu gak mau sampai nyerahin asuhan ke nenek, nenek udah tua, rentan kecapean, dan gak enak juga masa iya ngasih tanggung jawab ke nenek. Kalau buat bekerja, kan ada bapak. Udah tugasnya bapak untuk cari nafkah, kalau ibu tugasnya ngedidik anak di rumah. Mau kamu, mau adik, semua ibu kerjakan di rumah secara penuh."

Walaupun kondisi ekonomsi keluarga saya bisa dibilang pas-pasan, tapi soal rejeki alhamdulillah, selalu ada jalannya. Saya salut dengan orangtua saya yang pandai sekali mengatur keuangan, dan pemahamannya soal rejeki yang insya allah, 'Allah gak tidur' katanya.

Jika kelak saya menjadi seorang ibu, mungkin tak jauh dari ibuku sendiri. Atau bahkan saya harus lebih baik dalam mendidik anak-anak saya kelak, hehe. Ummu warabbatul bait, itulah cita-cita dan profesi saya yang utama. Selebihnya, seperti menjadi seorang penulis, pengajar (dosen atau guru), maupun pengusaha, itu adalah pekerjaan sampingan. Insya allah, mudah-mudahan segala yang terbaik menjadi terwujud. :)

Dan bagaimanapun teman-teman nanti hendak menjadi seorang ibu, mari menjadi sebaik-baiknya pendidik. Pendidik yang tak pernah melupakan peran utamanya. Pendidik yang selalu mengenalkan Allah kepada anak-anaknya, pendidik yang selalu mau belajar islam dan mengajarkannya, pendidik yang peduli akan generasi ummatnya, pendidik yang sabar, kuat dan penyayang bagi anak-anaknya kelak.

Namun sebelum hal menjadi seorang pendidik, kita pun harus dididik terlebih dahulu. Bagaimana caranya?
Salah satunya adalah dengan cara bersungguh-sungguhlah kita dalam menuntut ilmu. Baik ilmu duniawi maupu  ukhrawi. Mempelajari agama adalah sebaik-baiknya bekal bagi kehidupan kita. Karena memahami bahwasanya, Allah membenci orang yang pintar terhadap ilmu dunia namun bodoh dalam ilmu agama. Naudzubillah bukan?

Didiklah diri kita dengan pengalaman-pengalaman selama hidup kita, pahit manisnya perjalanan, kuat lemahnya keimanan, perih dan bahagianya pembelajaran, semoga setiap proses yang kita jalani menjadikan kita manusia yang lebih baik dari hari ke hari, dan menjadi yang terdidik dengan ujian kehidupan. Menjadi perempuan yang berdaya untuk membentuk generasi yang berkualitas dengan akhlaqul karimah.

Semoga, kita tak jemu untuk senantiasa belajar menjadi (calon) pendidik yang baik! Sejak kini, sejak hari ini, dan sampai akhir hayat nanti :) aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gambar itu Haram? (Chapter 1: Tashwir)

Ruang Bebas Baca

Ada Hikmah Dibalik Basmallah